Baju Sopan, Perasaan juga Damai
Beberapa hari yang lalu, kita sekeluarga menghabiskan zaman liburan di suatu mall di Depok. Seperti biasa, saya mengajak anak lelaki saya yang berumur 1, 5 tahun berperan di pusat santapan anak-anak pada mall tersebut. Ia benar senang bisa lepas berlarian kesana kemari, mempertunjukkan semua mainan dengan ada dan berinteraksi dengan anak-anak beda sebayanya. Saya dengan sabar tetap menjelaskan kemana ia bertolak dan ikut suka dengan semua produk yang dimainkannya.

Karena hari itu bergandengan dengan hari libur maka pengunjung pasar modern ramai sekali, demikian juga di medan bermain anak-anak. Lagi pula masing-masing anak ditemani orang tuanya permainan, waah … bertambah ramai saja.
Dalam tengah asyik mengikuti si kecil tampil, tiba-tiba kuping hamba mendengar seorang ibu berbicara setengah berbisik kepada rekannya sesama ibu-ibu yang juga mengiringi anaknya bermain.
” eh … ini lihat! ada keruntung, isi koin yuuk ”. Ia merujuk dan kemudian mereka berdua cekikikan.
Sebab penasaran, saya meski segera melayangkan pandangan ke arah dengan ditunjuk ibu tersebut. Ternyata yang oleh karena itu bahan tertawaan meronce adalah seorang pokok muda yang juga terkencar-kencar asyik menemani putranya bermain Permainan Berpakaian Terbaru. Ibu plonco tersebut mengenakan rok bahan rajutan unsur pendek dan berjarak baju tersebut hanya sampai batas pinggangnya saja. Potongan lembut baju tersebut berupa huruf V & agak panjang sehingga memperlihatkan belahan di dadanya. Sedangkan guna bawahan, ia mengenakan celana jins rancangan pensil super ketat berwarna hitam dan ban pinggangnya terletak di bawah pusar. Sehingga apabila posisinya jongkok, maka pinggang celananya akan tertarik kebawah dan baju tertarik keatas karenanya belahan ” bagian belakang ” nya akan terlihat.
Telanjurkan saat saya malayangkan pandangan ke arahnya ia sedang di posisi jongkok, dan mengertilah saya dengan istilah ” deposito ” yang pada bisikkan ibu-ibu tadi.
Ternyata tidak hamba dan ibu-ibu tadi saja yang menanggapi penampilan serta ” celengan ” si ibu muda tadinya, hampir setiap emas tempawan yang berseliweran di arena bermain mereka juga tak terlepas dari pemandangan ini. Ada yang menelaah sambil tertawa, tersenyum, risih, juga terdapat yang geleng-geleng kepala negeri.
Sadar ia jadi perhatian orang-orang, setiap sebentar ia kendati menarik celananya terbang dan menarik bajunya ke bawah biar bagian tubuhnya dengan seharusnya tertutup ini tak kelihatan. Namun semakin ia menarik-narik pakaiannya dan membungkus ” celengan ” nya, semakin terlihat ketidaknyamanannya. Fokus tentang anakpun terpecah. Pada satu sisi ia harus tetap meneliti dan menemani anaknya bermain, di sisi lain ia asyik dengan pakaiannya secara mengumbar aurat mereka.
Di mata beta, ia benar-benar turun tidak nyaman serta juga membuat orang lain di sekitarnya ikut-ikutan tidak nyaman. Berpasang-pasang mata menghitung risih kepadanya. Ia pun kelihatannya tidak senang juga dengan kondisi tersebut. Hhmm … salah swasembada, ngapain juga di tempat umum berpakaian seperti itu. Bukankah saat ini banyak pilihan beraneka ragam model pakaian buat wanita yang makin dan ngetrend sekaligus juga sopan dan nyaman?

Karena hari itu bergandengan dengan hari libur maka pengunjung pasar modern ramai sekali, demikian juga di medan bermain anak-anak. Lagi pula masing-masing anak ditemani orang tuanya permainan, waah … bertambah ramai saja.
Dalam tengah asyik mengikuti si kecil tampil, tiba-tiba kuping hamba mendengar seorang ibu berbicara setengah berbisik kepada rekannya sesama ibu-ibu yang juga mengiringi anaknya bermain.
” eh … ini lihat! ada keruntung, isi koin yuuk ”. Ia merujuk dan kemudian mereka berdua cekikikan.
Sebab penasaran, saya meski segera melayangkan pandangan ke arah dengan ditunjuk ibu tersebut. Ternyata yang oleh karena itu bahan tertawaan meronce adalah seorang pokok muda yang juga terkencar-kencar asyik menemani putranya bermain Permainan Berpakaian Terbaru. Ibu plonco tersebut mengenakan rok bahan rajutan unsur pendek dan berjarak baju tersebut hanya sampai batas pinggangnya saja. Potongan lembut baju tersebut berupa huruf V & agak panjang sehingga memperlihatkan belahan di dadanya. Sedangkan guna bawahan, ia mengenakan celana jins rancangan pensil super ketat berwarna hitam dan ban pinggangnya terletak di bawah pusar. Sehingga apabila posisinya jongkok, maka pinggang celananya akan tertarik kebawah dan baju tertarik keatas karenanya belahan ” bagian belakang ” nya akan terlihat.
Telanjurkan saat saya malayangkan pandangan ke arahnya ia sedang di posisi jongkok, dan mengertilah saya dengan istilah ” deposito ” yang pada bisikkan ibu-ibu tadi.
Ternyata tidak hamba dan ibu-ibu tadi saja yang menanggapi penampilan serta ” celengan ” si ibu muda tadinya, hampir setiap emas tempawan yang berseliweran di arena bermain mereka juga tak terlepas dari pemandangan ini. Ada yang menelaah sambil tertawa, tersenyum, risih, juga terdapat yang geleng-geleng kepala negeri.
Sadar ia jadi perhatian orang-orang, setiap sebentar ia kendati menarik celananya terbang dan menarik bajunya ke bawah biar bagian tubuhnya dengan seharusnya tertutup ini tak kelihatan. Namun semakin ia menarik-narik pakaiannya dan membungkus ” celengan ” nya, semakin terlihat ketidaknyamanannya. Fokus tentang anakpun terpecah. Pada satu sisi ia harus tetap meneliti dan menemani anaknya bermain, di sisi lain ia asyik dengan pakaiannya secara mengumbar aurat mereka.
Di mata beta, ia benar-benar turun tidak nyaman serta juga membuat orang lain di sekitarnya ikut-ikutan tidak nyaman. Berpasang-pasang mata menghitung risih kepadanya. Ia pun kelihatannya tidak senang juga dengan kondisi tersebut. Hhmm … salah swasembada, ngapain juga di tempat umum berpakaian seperti itu. Bukankah saat ini banyak pilihan beraneka ragam model pakaian buat wanita yang makin dan ngetrend sekaligus juga sopan dan nyaman?