Furniture Jepara, Tidak Terus-menerus Urusan Inspirasi
Jepara adalah ikon barang furniture Indonesia. Lamun dunia menyebut furniture Indonesia, maka dengan mereka maksud ialah furniture Jepara. Begitu juga di Indonesia tunggal, hampir semua lingkungan bangga kalau di rumahnya ada rakitan furniture Jepara, apakah dalam bentuk pangkat tamu, sofa, buffet, lemari dan sebagainya. Rakitan furniture Jepara membuat status sosial pemilik rumah naik sekian derajat, karena dinilai punya selera menawan tentang furniture.

Kejayaaan produk http://www.jatibungafurniture.com bukan sekarang selalu. Waktu Belanda tetap menjajah Indonesia, produk furniture Jepara sudah mengisi kediaman-kediaman karet pejabat Belanda ataupun penguasa lokal pada berbagai daerah pada Indonesia. Perahu phinisi adalah sarana transportasi utama yang jumlah disebut-sebut sebagai syarat penyebaran produk furniture Jepara ke segala kota-kota besar dalam Indonesia.
Ke mancanegara memang belum sangat terdengar, tapi kapal-kapal dagang Belanda, Portugis, Spanyol dan Inggris, kalau singgah dalam pelabuhan Jepara-yang saat itu menjadi lokasi docking dan rehabilitasi kapal-kapal asing secara rusak-pasti juga dengan membawa beberapa komoditas furniture Jepara sederajat muatannya.
“Saya tetap ingat cerita pengampu saya, bagaimana perkakas Jepara itu mencapai berbatas ke mana-mana, ” ujar M. Zakir (44), salah satu juragan lokal furniture Jepara. “Kalau sekarang perkakas lokalan marak, abdi tak heran, ini cuma mengulang histori lama, ” musnah Zakir.
Sahuri, juragan furniture lokal Jepara lainnya, sependapat. “Mebel Jepara sudah dikenal lama dan benar dikagumi orang dalam berbagai daerah pada Indonesia. Kalau itu menyebut mebel, oleh karena itu yang terbayang interior kepalanya pasti peranti Jepara. Itu menghasilkan saya bangga jadi orang Jepara dan itu pula yang mendorong saya mengakar ke sekolah mengusik kejuruan (SMK) pribadi perkayuan di Jepara, ”katanya.
Merek dagang yang sudah cengli mantap itu-menurut Sahuri-seyogyanya dipertahankan, dan bukan dibiarkan tenggelam menyerupai sekarang.
Tenggelam?
Benar. Sejak krisis perekonomian melanda Eropa dan Amerika Serikat medio dekade 2000-an, kondisi bisnis furniture Jepara yang belakangan bertambah agresif ke mancanegara mulai terpuruk. Akibat turunnya permintaan, banyak produsen menghentikan perakitan, mengurangi pekerja, menyewakan, mengalihfungsikan atau menjual pabrik (gudang).

Kejayaaan produk http://www.jatibungafurniture.com bukan sekarang selalu. Waktu Belanda tetap menjajah Indonesia, produk furniture Jepara sudah mengisi kediaman-kediaman karet pejabat Belanda ataupun penguasa lokal pada berbagai daerah pada Indonesia. Perahu phinisi adalah sarana transportasi utama yang jumlah disebut-sebut sebagai syarat penyebaran produk furniture Jepara ke segala kota-kota besar dalam Indonesia.
Ke mancanegara memang belum sangat terdengar, tapi kapal-kapal dagang Belanda, Portugis, Spanyol dan Inggris, kalau singgah dalam pelabuhan Jepara-yang saat itu menjadi lokasi docking dan rehabilitasi kapal-kapal asing secara rusak-pasti juga dengan membawa beberapa komoditas furniture Jepara sederajat muatannya.
“Saya tetap ingat cerita pengampu saya, bagaimana perkakas Jepara itu mencapai berbatas ke mana-mana, ” ujar M. Zakir (44), salah satu juragan lokal furniture Jepara. “Kalau sekarang perkakas lokalan marak, abdi tak heran, ini cuma mengulang histori lama, ” musnah Zakir.
Sahuri, juragan furniture lokal Jepara lainnya, sependapat. “Mebel Jepara sudah dikenal lama dan benar dikagumi orang dalam berbagai daerah pada Indonesia. Kalau itu menyebut mebel, oleh karena itu yang terbayang interior kepalanya pasti peranti Jepara. Itu menghasilkan saya bangga jadi orang Jepara dan itu pula yang mendorong saya mengakar ke sekolah mengusik kejuruan (SMK) pribadi perkayuan di Jepara, ”katanya.
Merek dagang yang sudah cengli mantap itu-menurut Sahuri-seyogyanya dipertahankan, dan bukan dibiarkan tenggelam menyerupai sekarang.
Tenggelam?
Benar. Sejak krisis perekonomian melanda Eropa dan Amerika Serikat medio dekade 2000-an, kondisi bisnis furniture Jepara yang belakangan bertambah agresif ke mancanegara mulai terpuruk. Akibat turunnya permintaan, banyak produsen menghentikan perakitan, mengurangi pekerja, menyewakan, mengalihfungsikan atau menjual pabrik (gudang).